BNPT Bersama FKPT Sulsel Gelar Asik Bang, Cegah Terorisme dengan Musik
FKPT.SULSEL., Perkembangan musik saat ini dimanfaatkan Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Sulawesi Selatan sebagai ajang kampanye nilai-nilai kebangsaan pada kelompok pemuda. Nilai-nilai kebangsaan tersebut perlu didorong dalam mengajak generasi muda mencegah paham radikal dan terorisme.
Upaya ini pun dikemas dalam bentuk Aksi Musik Anak Bangsa atau Asik Bang. Kegiatan tersebut merupakan program kolaborasi antara Badan Nasional Penanggulangan
Terorisme (BNPT) dengan FKPT Sulsel dengan mengajak seluruh kelompok remaja, pemuda, hingga siswa-siswi untuk terlibat di dalamnya.
“Kita sengaja buat dengan skema festival. Bedanya karena memiliki muatan-muatan kebangsaan dan kebinekaan dari musik yang mereka hasilkan,” terang Ketua FKPT Sulsel Muammar Muhammad Bakry pada kegiatan Aksi Musik Anak Bangsa dalam Pencegahan Radikalisme dan Terorisme, di Four Points by Sheraton Makassar, Kamis (17/03/2022).
Dalam kegiatan tersebut diikuti sekitar 10 kelompok musik yang akan membawakan penampilan musik mereka sesuai tema yang diberikan. Dari 10 kelompok musik tersebut akan dipilih tiga kelompok yang nantinya akan tampil di tingkat nasional.
Menurutnya, memanfaatkan sarana musik dalam mengampanyekan nilai-nilai kebangsaan dan kebinekaan untuk menangkal gerakan radikal dan terorisme sebab musik merupakan sarana untuk mencapai salah satu tujuan yang diinginkan.
“Musik berkaitan dengan kehidupan anak-anak kita, generasi kita saat ini pasti mendengarkan musik. Bagi mereka tidak lengkap hidupnya tanpa musik, sehingga lewat ini kita mendorong bagaimana musik bisa membangun nilai-nilai kebangsaan, tapi proses pendekatannya karena anak-anak muda makanya kita ke musik,” terang Muammar.
Ia mengatakan, saat ini kelompok remaja pada usia 30 tahun kebawah masih menjadi kelompok rentan terpapar paham radikal yang berpotensi membangun paham terorisme dalam diri mereka. Misalnya, jika melihat aksi-aksi teroris dibeberapa daerah, seperti pada aksi bom bunuh diri di Gereja Katedral Makassar itu dilakukan oleh remaja produktif sehingga dikhawatirkan jika hal tersebut tidak mendapat perhatian akan membahayakan generasi muda di masa mendatang.
“Kita khawatir kalau ini tidak diisi dengan nilai-nilai kebangsaan dan nilai-nilai keagamaan yang benar, maka ini bisa membahayakan mereka,” ujarnya.
Dirinya pun memfokuskan kampanye pencegahan paham radikalisme dan terorisme pada kelompok remaja di perguruan tinggi hingga siswa-siswi pada jenjang SMA sederajat. Sebab dinilai kelompok remaja yang dianggap rentan terpapar paham tersebut.
Apalagi katanya, hal ini dibuktikan melalui hasil penelitian yang dilakukan di Kota Makassar beberapa tahun lalu dengan sampel kelompok siswa SMA/sederajat. Di mana pada hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa kelompok mereka mulai terpapar paham radikal.
“Rata-rata dari penelitian yang dilakukan siswa mengaku siap menjadi pihak bom bunuh diri. Ini artinya mereka sudah terpapar paham radikal, cuman belum mengarah ke paham terorisme, jadi sebelum itu kita harus mengambil langkah antisipasi,” terangnya.
Muammar mengungkapkan, hingga saat ini berbagai upaya telah dilakukan FKPT Sulsel dalam melakukan pencegahan radikalisme dan terorisme. Seperti melakukan kerjasama dari semua stakeholder anak muda, pemuda, dan remaja mulai dari kalangan pesantren, akademisi, atau tokoh-tokoh masyarakat, tokoh adat dan budaya.
Sementara, Kasubdit Kerjasama Asia, Pasifik BPNT Harianto mengatakan, musik menjadi salah satu media alternatif dalam pencegahan gerakan radikalisme dan terorisme. Sebab di kondisi perkembangan teknologi saat ini musik sudah mampu dijangkau oleh seluruh kelompok masyarakat, termasuk kelompok remaja yang secara mayoritas senang dengan musik.
“Musik maupun media sosial adalah media yang sudah bisa diakses dengan siapapun tanpa batas sehingga kita harapkan dengan upaya kita ini mampu memberikan nuansa dan sentuhan tersendiri,” katanya.
Dalam menangkal paham radikalisme dan terorisme ini memang dibutuhkan peran dari seluruh elemen baik di tingkat formal, dan non formal. Antara lain, melalui pendidikan keluarga, pendidikan di sekolah dan pendidikan pondok pesantren.
“Termasuk pula peran masyarakat agar mampu bersinergi dalam pencegahan ini,” katanya.
Harianto mengakui, pada kelompok remaja sangat rentan terpapar sebab dinilai pada kelompok tersebut secara perkembangan psikologis dan sosial sangat memungkinkan.
“Mau di akui atau tidak secara psikologis remaja kan ada jenjang pada perkembangan psikologinya. Disitulah kerentanan mereka,” ujarnya.
Dalam ajang tersebut juga menghadirkan Aktris dan pekerja seni Annisa Putri Ayudya. Dalam kesempatan tersebut ia mengakui tdak ada aktivitas di kehidupan ini tidak menggunakan musik sebagai pendamping dalam kesehariannya. Musik membuat orang lebih tenang dan dengan musik kita dapat menyebarkan keberagaman, toleransi dan nasionalisme.
“Dibutuhkan sinergi yang kuat antara aparatur keamanan dengan masyarakat terutama anak muda, karena bahaya terorisme bisa menyasar tanpa memandang pangkat, jabatan, dan status sosial. Dalam konteks inilah kegiatan ini menjadi sangat penting,” tegasnya.