Dari Kenduri BNPT di Dlingo Bantul, Ini Ciri-ciri Orang yang Terpapar Radikalisme
FKPT DIY, BANTUL — Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) DIY menggelar Kenali dan Peduli Lingkungan Sendiri (Kenduri) di Balai Kalurahan Jatimulyo Kapanewon Dlingo Bantul, Sabtu (26/8/2023).
Acara itu dibuka Deputi Bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisme BNPT Mayjen TNI Nisan Setiadi dan dihadiri narasumber dari Densus 88 Polda DIY serta pakar media Willy Pramudya.
Hadri pula unsur BINDA DIY, TNI, Polri, Linmas, Jaga Warga dan komponen masyarakat lainnya di Kalurahan Jatimulyo.
Sekretaris FKPT DIY Dewo Isnubroto mengatakan pentingnya melakukan aspek pencegahan terhadap berkembangnya paham radikalisme dan terorisme di masyarakat.
“Kami berharap dengan kegiatan ini warga bisa memahami tentang ciri orang terpapar radikalisme dan terorisme sehingga bisa melapor kepada pihak keamanan. Dengan warga yang peduli dengan lingkungan maka akan tercipta desa damai yang diinginkan,” katanya.
Tidak dipungkiri radikalisme sudah merambah di desa. Maka peran masyarakat di pedesaan juga sangat diperlukan agar paham ini tidak menyebar dan segera bisa ditangani.
Mayjend Nisan Setiadi mengatakan bibit radikalisme dan terorisme memiliki beberapa ciri. Di antaranya tidak bisa menghargai perbedaan, suka memaksakan kehendak, mengedepankan kekerasan serta tidak suka dengan budaya lokal atau nilai-nilai kedaerahan.
“Inilah ciri-cirinya yang harus menjadi kewaspadaan bersama. Dan biasanya mereka itu, mohon maaf, menggunakan cover pendekatan agama atau menggunakan ayat-ayat agama yang kemudian seolah-olah untuk kepentingan suatu agama. Mereka juga menjanjikan kebahagiaan dunia dan akherat bagi calon pengikut yang direkrut. Padahal tidak benar,” kata jenderal bintang dua asal Pemalang, Jawa Tengah tersebut.
Menurut dia, tidak ada kaitan terorisme dengan agama. Di beberapa negara, terorisme itu dilakukan dengan meng-cover agama yang mayoritas di negara tersebut. “Artinya terorisme ini tidak terkait dengan agama tertentu,” katanya. Selain masyarakat perlu waspada terhadap lingkunganya, juga harus mempertahankan dan memgembangkan budaya lokal. Misalnya gotong royong, merti budaya dan budaya lain yang ada di masyarakat. Sehingga tercipta kerukunan, kebersaman dan saling mengenal satu sama lain.
“Salah satu ciri terpapar radikalisme dan terorisme adalah tertutup. Artinya mereka tidak suka berkegiatan dengan masyarakat dan berkumpul dengan lingkungan,” kata pria yang pernah menjabat Kepala BIN Daerah Gorontalo tersebut.
Hal lain yang juga harus diyakini dan dikuatkan untuk mendukung kuatnya benteng pertahanan negara adalah empat pilar kebangsaan yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI serta Bhinneka Tunggal Ika. Inilah yang mampu menyatukan Bangsa Indonesia dengan banyak keberagaman.
“Di negara lain banyak yang tercerai berai karena tidak memiliki ideologi yang menyatukan,” katanya seraya menyebutkan ideologi Pancasila mampu menyatukan perbedaan di Indonesia. Misalnya, ujarnya mencontohkan, negara Rusia, Korea dan Belanda yang pecah menjadi beberapa negara karena tidak punya dasar negara atau ideologi yang menyatukan perbedaan.