Mutiara Ramadhan, Puasa Melahirkan Persaudaraan Kemanusiaan Oleh : DR. H . Mansur Basir, MH (Kabid Agama, Sosial dan Budaya FKPT Gorontalo)
Gorontalo: Di setiap agama, terdapat salah satu doktrin yang memiliki sisi persamaan yakni misi kesucian/fitrah (holistic). Kesucian ini kemudian melahirkan cinta kasih dan cinta melahirkan persaudaraan sejati yang pada level ini persepsi manusia secara egaliter dan equal tanpa memandang warna kulit dan status sosial.
Menurut Kabid Sosial Agama FKPT Provinsi Gorontalo Mansur Basir Doktrin ini sebenarnya mampu melahirkan kedamaian di mana dan kapan pun sebuah agama itu mendiami suatu tempat (living). Dan di saat yang bersamaan pula, manusia akan kehilangan jati dirinya sebagai manusia sejati jika doktrin fitrah ini tidak terimplementasi secara efektif.
Dalam kerangka inilah, maka setiap agama memiliki instrument dan cara-cara berbeda untuk mengoptimalisasi dan memaksimalkan kinerja doktrinnya.
“Dalam doktrin Islam, manusia sebelum lahir ke dunia ini masing-masing telah memegang erat perjanjian dan kesepakatan (consensus) antara dirinya dengan TuhanNya. Janji itu isinya sangat singkat tetapi mengandung makna yang amat luas dan dalam: “Alastu Birobbikum Qaaluu Bala Syahidnaa”,Siapa Tuhanmu, lalu kita menjawab: “Aku bersaksi bahwa Engkau Allah Tuhanku”. Kalimat itulah yang disebut “fitrah manusia” karena semua yang lahir secara fitrah pasti beriman kepada Allah.
Lebih lanjut Mansyur Basir menjelaskan Doktrin puasa sejak dahulu kala telah dilakukan oleh hampir semua nabi dan rasul karena diyakini mampu mengontrol setiap tindakan manusia dan dapat mengembalikan manusia kepada fitrah kesucian sebagaimana janji dahulu. Allah SWT.
“mengafirmasi ini dalam firman-Nya (Q.S. Surah Ar-Rum: 30). Artinya: “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu, tidak ada perubahan pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.
“Rosulullah SAW bersabda: “Tiap-tiap manusia yang lahir dalam keadaan ‘fitrah”.tambahnya.
Selain itu, puasa juga memberi predikat the best terhadap pelaku puasa yang mampu berbagi dengan orang lain sebagaimana sabda Rasulullah Muhammad SAW.”
“Barang siapa yang memberi buka puasa kepada orang yang berpuasa maka baginya pahala seperti orang yang berbuka puasa itu”.tuturnya.
Doktrin ini pun mengajarkan pelaku puasa untuk cinta berbagi dengan sesama, mampu merasakan penderitaan saudara saudaranya yang lain (sense of crisis). Latihan berbagi pada level social seperti ini sesungguhnya akan melahirkan perasaan cinta sesama untuk rela berkorban.