Perempuan dan Anak di TTS Diajak Pahami Bahaya Radikalisme, BNPT: Ketahanan Keluarga Jadi Kunci Utama
SOE, TTS – Setiap tahun, kasus radikalisme mengalami peningkatan seiring makin berkembang dan semakin mudahnya akses masyarakat terhadap media sosial.
Perempuan dan anak pun menjadi kelompok yang rawan terpapar paham radikalisme dan terorisme karena akses terhadap media sosial itu.
Karena itu, proses pencegahan radikalisme dan terorisme ini perlu dimulai dari tingkatan paling bawah, yakni lingkungan keluarga.
Deputi bidang Pencegahan, Perlindungan dan Deradikalisasi BNPT Abdul Malik mengatakan hal itu pada kegiatan SMART (Sehat Mental, Keluarga cerdas dan tangguh) dalam rangka pencegahan Radikalisme dan Terorisme melalui Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) NTT di Kabupaten TTS.
Kegiatan ini merupakan kegiatan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) yang dilaksanakan melalui Bidang Perempuan dan Anak FKPT NTT.
Dalam kegiatan yang digelar di aula SMP Kristen 3 Soe itu, ia menyebutkan kegiatan SMART dilakukan untuk memberikan pemahaman bahwa adanya ancaman yang akan datang akan menjadi permasalahan yang sangat besar, khususnya pada permasalahan radikalisme dan terorisme.
“Dan radikalisme ini sering terjadi pada kalangan perempuan serta remaja dan anak, maka dalam hal ini peran keluarga sangat penting untuk menangkal isu tersebut di mana orang tua menjadi pendidik utama untuk mengawasi anak dalam mengakses internet agar mencegah radikalisme dan taerorisme,” ujarnya.
SMART itu digelar dengan tujuan mengupayakan pencegahan radikalisme di Indonesia dalam pemaparan materi agar dapat memberikan pemahaman tentang bahaya radikalisme, khususnya di kalangan perempuan dan anak-anak.
Abdul Malik berharap SMART bermanfaat bagi peserta, sebagaimana tema kegiatan ini adalah ‘SMART Bangsaku Bersatu Indonesiaku’ karena di Indonesia keterlibatan anak dan perempuan dalam penggunaan medsos sangat besar.
Abdul Malik juga menyampaikan peran keluarga dalam mencegah Intoleransi, radikalisme, dan terorisme.
“Dalam pencegahan radikalisme, keluarga memegang peranan penting karena keluarga adalah orang yang paling terdekat di lingkungannya,” ujarnya.
Untuk itu, orangtua harus mengawasinya, khususnya para ibu untuk terus mengajarkan bahaya radikalisme itu.
“Ajak selalu anak untuk berkegiatan positif dan menjelaskan bahaya serta dampaknya. Berikan pemahaman untuk menjaga persatuan, toleransi dan menghindari paham radikalisme,” ujarnya.
Ketua FKPT NTT Ir Yohanes Oktavianus, MM pada kesempatan tersebut menyampaikan, SMART dilakukan untuk memberikan tambahan pengalaman kepada kalangan remaja.
“Kegiatan ini menyampaikan sebuah pesan bahwa di dalam pendidikan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga tanggung jawab masyarakat. Maka dari itu, nilai luhur ini sangat diperlukan untuk pendampingan, khususnya di lingkungan masyarakat,” ujarnya.
Untuk diketahuiFKPT sendiri berfungsi sebagai koordinator pencegahan. FKPT merupakan Binaan BNPT yang berpusat di provinsi memiliki tugas untuk melakukan sosialisasi pencegahan tindak pidana terorisme mulai dari intoleransi, ekstremisme, dan radikalisme di tingkat daerah.
FKPT juga memiliki beberapa tugas khusus, salah satunya melakukan pembinaan kepada kaum yang rentan terhadap paham-paham radikalisme dan terorisme terutama kepada para perempuan dan remaja.
Sekretaris Dinas PPPA Kabupaten TTS Neli Ciahati menyampaikan, pemerintah daerah telah melakukan perlindungan terhadap perempuan dan anak di Kabupaten TTS sebagaimana yang telah diamanatkan dalam undang-undang Nomor 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak.
“Pada intinya pemerintah daerah berkewajiban dan bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mendukung kebijakan nasional dalam penyelenggaraan perlindungan anak di daerah melalui Kabupaten atau Kota Layak Anak atau KLA,” ujarnya.
Menurutnya, di TTS sudah ada Sekolah Perempuan yang merupakan pendidikan inklusi dan dibentuk dengan melibatkan peran serta perempuan di desa untuk belajar dan berupaya memenuhi berbagai aspek kehidupan guna mengurangi tingkat kekerasan dalam rumah tangga.
Melalui kegiatan SMART ini, dia berharap seluruh peserta memperoleh informasi dan edukasi yang berguna bagi pribadi masing-masing peserta maupun terhadap keluarga dan masyarakat umum.
Penggiat Perempuan Dra Dina Yoelianti menyampaikan kisah suksesnya dalam kegiatan peduli lingkungan dengan cara bergerak dan membuat sebuah komunitas untuk membersihkan sampah-sampah yang ada di lingkungannya dengan membawa anak-anak lainnya.
Ia berupaya menggalang masyarakat untuk ikut kegiatan dengan mengajak anak-anak membersihkan lingkungan sambil bermain, dan karena adanya kegiatan tersebut, anak-anak mendapatkan dukungan orang tua.
Ia mengingatkan, peran orangtua sangat penting terhadap perkembangan anak dalam hal mengembangkan kebiasaan untuk mengembangkan cognitive, affective dan psychomotor anak.
Ajarkan anak untuk selalu bergerak dengan melakukan play, connection dan explore (PCE) misalnya dalam mengajak memasak atau kegiatan rumah lainnya.
Mengajak berkomunikasi, serta mengajak anak untuk mengeksplor pengetahuan umum seperti jenis bahan dapur dan lainnya.***